Network
KABAR SLEMAN – Suasana haru terlihat saat digelarnya wisuda tahfidz perdana Pesantren Abata Temanggung. Para peserta dan orangtua yang hadir tampak meneteskan air mata tanda haru menyaksikan prosesi pelantikan.
Bukan tanpa alasan, pasalnya ke sembilan santriwati yang mengikuti wisuda tahfidz seluruhnya merupakan para penyandang tuna rungu yang selama ini menimba ilmu di Pesantren Abata.
Menurut Direktur Pesantren Abata Temanggung, Muchlis Nuryanta, wisuda ini merupakan kali pertama digelar semenjak pesantren didirikan pada akhir tahun 2017.
Baca Juga: Keren, Mahasiswa UNY Ciptakan dan Kembangkan Startup SineasHub
“Memang tampak sekali suasana haru karena memang ini baru pertama kami lakukan sejak berdiri pada akhir 2017 silam. Pesantren Abata memang khusua menampung para santri yang semuanya adalah pengidap tuna rungu. Mereka tak hanya berasal dari Temanggung saja, namun juga dari berbagai daerah lain,” jelasnya.
Ditambahkan, mereka yang mengikuti wisuda merupakan santri yang berhasil minimal menghafal satu juzz kita suci Al Quran.
“Bagi para santri, bisa menghafal satu juzz saja sudah menjadi hal yang luar biasa mengingat mereka memiliki keterbatasan dalam indera pendengaran,” imbuhnya.
Baca Juga: Mahasiswa UNY Magang di Korsel, Intip Pengalaman Menariknya di Sini
Di akhir acara, diselenggarakan juga lelang hasil karya para santri. Mulai dari karya fotografi hingga karya seni lukis di atas kanvas. Hasilnya cukup mengejutkan, karya mereka laku dengan banderol mulai Rp1 juta hingga Rp7 juta.
