Mirit, Kampung Perampok yang Melegenda dan Bikin Ciut Nyali

14 Mei 2023, 16:54 WIB
Perampok bawa kabur perhiasan dan uang. /Foto: PMJ News/Ilustrasi/Hadi/Foto : PMJ News/Ilustrasi/Hadi

KABAR SLEMAN—Mirit. Nama sebuah daerah di pinggiran Kota Kebumen, yang boleh jadi saat ini tak banyak yang mengenal. Tapi jangan salah, zaman dulu kala nama Mirit cukup membuat kuduk merinding dan nyali orang kebanyakan menciut.

Mirit Kebumen, dulunya dikenal sebagai kampungnya para perampok dan begal. Begitu terkenalnya aksi rampok ataupun begal di daerah di pesisir selatan Kebumen ini, sehingga sangat jarang orang berani melintas terutama saat malam menjelang.

Cerita tentang keangkeran Mirit Kebumen, dikenal luas hingga ke luar daerah. Kalau anda bertanya ke sopir-sopir senior yang zaman dulu banyak melintas kota Kebumen, niscaya akan mendapat pengakuan dari mereka, seperti apa Mirit kala itu.

“Ya kampung kami, dulunya memang dikenal sebagai kampung para penjahat mas. Kalau sekarang orang menyebutnya perampok. Kalau dulu, kami lebih mengenalnya sebagai begal. Banyak juga yang bekerja sebagai maling,” kata Jopa (bukan nama sebenarnya-red), pria asli Mirit Kebumen yang kini merantau ke Jogja.

Baca Juga: Polisi Tangkap 15 Pelaku Kejahatan Jalanan, Sultan Pun Buka Suara. Begini Pesan Sang Raja

Tak terkecuali leluhur dari Jopa, dulunya juga adalah bagian dari sosok yang ditakuti di daerahnya. Yang menarik, kehidupan sosial masyarakat di kampung Mirit kala itu berjalan normal layaknya kampung pada umumnya.

Keangkeran para raja jalanan, tak nampak saat mereka bergaul di masyarakat. Sehingga bahkan anak-anak seusia Jopa kala itu, menganggap pekerjaan orang tua mereka sebagai pekerjaan yang tidak salah atau tidak keliru, apalagi membuat takut dan ngeri.

“Saya biasa mas, habis maghrib mengantar kopi dan teh serta penganan untuk pakde dan paklik yang ada di pinggir jalan. Tapi gak lama, setelah minuman dan makanan diantar, saya langsung disuruh pulang,” katanya.

Regenerasi

Konon, bukan sebuah kebetulan kalau Mirit dikenal sebagai kampungnya maling dan perampok sejak zaman kerajaan.

Sebab pekerjaan sebagai maling dan perampok dijalankan oleh para orang tua atau setidaknya pria dewasa di kampung itu tanpa sembunyi-sembunyi.

Baca Juga: KKB Sandera Empat Pekerja Tower BTS di Papua Pegunungan, Begini Kata Telkomsel

Secara terang-terangan pria-pria dewasa saban hari melakukan pekerjaan merampok, dengan sasaran adalah orang-orang yang melintas di wilayah Kebumen selatan.

Korban mereka, kebanyakan adalah orang yang melakukan perjalanan menuju wilayah Jogja.

Bukan hanya terang-terangan, bahkan orang-orang tua atau orang dewasa di kampung ini, menularkan ilmu mereka kapada anak-anak dan remaja. Orang kemudian menyebutnya, ada sekolah khusus menjadi pencoleng di kampung ini.

“Iya memang begitu mas. Yang saya dengar dari para orang tua, dulu pekerjaan sebagai pencoleng itu kan sebenarnya bagian dari strategi perang para pengikut Pangeran Diponegoro untuk melemahkan kekuatan penjajah Belanda dan orang-orang kerajaan yang punya hubungan baik dengan penjajah. Tapi entah mengapa, bahkan sampai sudah merdeka pun pekerjaan itu masih dijalankan. Kalua saya sih menyebutnya salah kaprah,” lanjut Jopa.

Baca Juga: Kronologi KKB di Papua Pegunungan Sandera Pekerja Tower BTS, Minta Tebusan Rp500 Juta

Saat belajar menjadi pencoleng ini, anak-anak dan remaja dikenalkan berbagai trik berbuat jahat. Bahkan juga diajari meloloskan diri usai melakukan tindak kejahatan.

Pelajaran ini, terutama merujuk pada ilmu penanggalan atau menghitung hari baik yang didasarkan weton dan pasaran lahir si maling atau perampok. Ada hari yang mereka bebas melakukan kejahatan, tapia da juga hari pantangan bagi mereka untuk melakukan tindak kejahatan. ***

Editor: Diasta Rama

Tags

Terkini

Terpopuler