Diketahui, berdasarkan data yang dimuat dalam Chemical Economics Handbook, takaran konsumsi MSG per hari di negara-negara di Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, Utara, dan Tengah, sangat terbatas, yaitu hanya sekitar 3-4 persen dari dosis normal yang dianjurkan.
Sebaliknya, persentase konsumsi MSG di Asia mencapai 94 persen dari total produksi “mecin” di seluruh dunia.
Baca Juga: Dorong Program EBT, Ganjar Pasang PLTS di Pesantren dan Sekolah
Indomie Goreng Menduduki Tahta Tertinggi
Sejak diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada tahun 1969, Indomie sudah menjadi salah satu bahan pangan pokok.
Hal tersebut karena Indomie memiliki harga yang relatif terjangkau, mudah disajikan dan awet, lalu kemudian Indomie berkembang pesat di Indonesia.
Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang saat itu diangap sesuai dengan selera lidah masyarakat Indonesia.
Kemudian pada tahun 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam.
Baca Juga: Wow, Rafael Alun Punya Rumah Mewah di Manado, Tapi Bayar PBB Rp 300.000/Tahun
Puncaknya pada tahun 1983, Produk Indomie kembali semakin digemari oleh masyarakat Indonesia dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng.
Varian Indomie Goreng, menurut Vemri, menduduki tahta tertinggi yang selalu menjadi favorit masyarakat di seluruh dunia.