Selamat Jalan Sang Legenda, Personel Koes Bersaudara Nomo Koeswoyo Meninggal Dunia

- 15 Maret 2023, 23:26 WIB
Koesnomo Koeswoyo alias Nomo Koeswoyo meninggal dunia.
Koesnomo Koeswoyo alias Nomo Koeswoyo meninggal dunia. /Twitter.com

KABAR SLEMAN - Kabar duka datang dari industri musik Tanah Air, seorang penyanyi sekaligus musisi legendaris, Koesnomo Koeswoyo alias Nomo Koeswoyo.

Drummer Koes Bersaudara dan No Koes Band, dikabarkan meninggal dunia pada hari Rabu, 15 Maret 2023, pukul 19.30 di Magelang Jawa Tengah.

Jenazah Nomo Koeswoyo rencananya akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut Jakarta. Namun sebelumnya, jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Pertanian 1 No. 5 Lebak Bulus – Cilandak Jakarta Selatan.

Pihak keluarga menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan dan kekhilafan sang legenda semasa hidupnya.

“Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan Almarhum. Semoga Almarhum husnul Khotimah dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan semoga kami keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan. Amin Allahuma Amiin,” demikian isi pesan singkat yang diterima kabarsleman.com, Rabu, 15 Maret 2023.

Koesnomo bin Koeswoyo atau Nomo Koeswoyo lahir pada 21 Januari 1938. Ia merupakan salah satu musikus Indonesia dari grup Koes Bersaudara yang beranggotakan kakak beradik keluarga Koeswoyo.

Ada 5 anggota yang merupakan kakak beradik dari keluarga Koeswoyo yaitu Jon Koeswoyo, Tonny Koeswoyo, Nomo Koeswoyo, Yon Koeswoyo, dan Yok Koeswoyo. Pada grup tersebut ia berposisi sebagai drummer.

Nomo Koeswoyo adalah anak kelima dari sembilan bersaudara anak dari pasangan Raden Koeswoyo (1909-2000) dan Rr. Atmini (1912-1969) asal Tuban Jawa Timur. Urutannya adalah:

Tituk (perempuan) (1930), meninggal sewaktu bayi.

Koesdjono (Jon alias John Koeswoyo) (1932-2022),

Koesdini (Dien-perempuan) (1934),

Koestono (Ton alias Tonny Koeswoyo) (1936-1987),

Koesnomo (Nom Alias Nomo Koeswoyo) (1938),

Koesyono, (Yon alias Yon Koeswoyo) (1940-2018),

Koesroyo (Yok alias Yok Koeswoyo) (1943),

Koestami (Miyi - perempuan) (1945),

Koesmiani (Ninuk-perempuan) (1947).

Dari silsilah keluarga, mereka termasuk generasi ke 7 keturunan (trah) Sunan Muria di Tuban. Ibu mereka adalah keponakan dari Bupati Tuban pada zaman penjajahan Belanda saat itu.

Masa kecil Nomo dilalui di kota Tuban, Jawa Timur bersaudara saudara-saudaranya. Tahun 1952 keluarga Koeswoyo pindah ke Jakarta mengikuti mutasi Sang ayah berkarier hingga pensiun sebagai pegawai negeri di Kementrian Dalam Negeri.

Di Jakarta mereka sekeluarga menempati rumah di jalan Mendawai III, No. 14, Blok C, Kebayoran baru, Jakarta Selatan.

Dalam keluarganya ia biasa dipanggil dengan sebutan Nom. Pada masa remajanya ia dikenal bandel dan berjiwa keras, sehingga kerap berkelahi dengan temannya di luar.

Ia adalah satu-satunya anak Koeswoyo yang pernah dipukul sampai pingsan oleh ayahnya karena kenakalannya. Ia juga pernah dipukul kepalanya dengan kayu kaso oleh adiknya Yok, sewaktu mereka bertengkar.

Ia pula di antara saudara-saudaranya yang sempat merantau ke beberapa kota untuk mencari kerja, selepas menyelesaikan pendidikan SMA di Jakarta.

Ia menyelesaikan sekolahnya di SMP XI dan SMA Taman Madya, di Jakarta. Ayahnya berharap Nomo menjadi sarjana, tapi Nomo ingin bekerja setamat sekolah menengah atas. Ayahnya tak mengizinkan, lalu Nomo memilih berkelana.

Hal itu dilakoninya mulai dari Surabaya sampai ke Belawan, Sumatra Utara. Pekerjaan kasar dilakukan demi mencari kehidupan yang lebih baik, di antaranya sebagai tukang sapu, bersih-bersih rumah juragan genteng di Surabaya, sampai menjadi buruh kasar di luar pulau.

Hal itu memompa kuat semangatnya untuk menjadi seorang yang berkepribadian tangguh.***

Editor: Boim Rosadi

Sumber: Wikipedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah