Aset Cagar Budaya Perlu Dilindungi, Barahmus DIY Minta Museum Dewantara Dibangun Pagar Pengaman

7 Juni 2023, 12:17 WIB
Ketua Umum Barahmus DIY Ki Bambang Widodo menunjukkan koleksi peninggalan Ki Hajar Dewantara di Museum DKG, Kota Yogyakarta. /ANTARA/HO/Barahmus DIY

KABAR SLEMAN - Bentrokan dua kelompok massa Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan suporter sepak bola Brajamusti, Minggu malam, 4 Juni 2023 lalu, turut merusak barang di Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) di Jalan Taman Siswa Yogyakarta.

Sejumlah koleksi peninggalan Ki Hajar Dewantara seperti meja, kursi, pot, pintu serta benda cagar budaya lainnya dalam keadaan rusak.

Terkait hal itu, Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta agar MDKG segera dilengkapi bangunan pagar pengaman untuk melindungi aset cagar budaya peninggalan Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga: Bentrok Massa PSHT dan Brajamusti di Yogyakarta: Ternyata Ini Bibit Permasalahannya

"Kalau pagarnya bisa dibangun oleh Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa. Tapi bisa juga mengajukan bantuan ke Pemda DIY," ujar Ketua Umum Barahmus DIY Ki Bambang Widodo, dikutip Kabar Sleman dari Antara, Rabu, 7 Juni 2023.

Selain dibangun pagar pengaman, Bambang juga memandang perlu dibuatkan pintu masuk menuju halaman museum yang berada di Kompleks Perguruan Tamansiswa itu. Ia berharap Asosiasi Museum Indonesia (AMI) dapat mempercepat program pemberian bantuan pembangunan taman untuk MDKG Tamansiswa Tahun 2023.

Terkait kerusakan akibat bentrokan kelompok massa itu, Barahmus DIY juga menyarankan pihak pengelola museum membuat laporan kepada kepolisian.

Baca Juga: Diduga Hendak Tawuran, Sejumlah Pelajar dari Dua SMK di Temanggung Dicokok Polisi

MDKG tercatat sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No. 243/M/2015. MDKG mendapat penghargaan Indonesia Museum Award "Purwakalagrha" kategori 'Museum Tercantik" Tahun 2015.

Sementara itu, Kepala Seksi Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY Sony Saifudin mengatakan terkait perlu atau tidaknya pagar pengaman merupakan kebijakan dari pihak museum.

"Jadi memang itu kita tidak bisa mengharuskan, cuma yang kami pastikan memang ada pengawasan dari museum agar benda-benda itu tetap terlindungi," kata dia.

Saat ada kunjungan tertentu, menurut dia, biasanya pihak musem telah menggandeng petugas keamanan, akan tetapi pengendalian dampak kerusakan sulit dilakukan jika muncul kerusuhan seperti yang terjadi pada pekan lalu.

Baca Juga: Sejarah Hari Pendidikan Nasional dan Peran Ki Hajar Dewantara dalam Kemajuan Pendidikan di Indonesia

"Kejadian-kejadian seperti kemarin di mana ada 'chaos' atau huru-hara memang riskan terkena dampak karena sangat-sangat tidak terkendali, sehingga bisa saja sesuatu yang sudah kita lindungi kalau ada tindakan anarkis tetap bisa merusak juga," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Museum Dewantara, Murwanto mengungkapkan, kerusakan terbesar akibat massa yang melarikan diri dan berlindung di dalam museum adalah pada meja dan kursi peninggalan Ki Hajar Dewantara.

“Kerusakan terbesar ya peninggalan Ki Hajar seperti meja, kursi yang kemarin sampai terlempar jauh ke sana,” ungkapnya.

Kursi dimaksud merupakan sebuah kursi favorit Ki Hajar Dewantara saat bersantai di rumah atau menjamu tamu penting. Kursi sederhana tersebut juga pernah diduduki tokoh-tokoh penting bangsa, Presiden Soekarno. ***

Editor: Boim Rosadi

Tags

Terkini

Terpopuler