Turis Amerika Kagumi Museum Situs Lubang Tambang Batubara Soero Sebagai Warisan Dunia UNESCO

- 25 Juni 2024, 10:13 WIB
Riley Buchanan (kanan), Tim Amanns (kiri) dan Kate Berton (tengah). Turis asal negara bagian Tennessee Amerika Serikat ini puas berkunjung ke destinasi heritage Sawahlunto
Riley Buchanan (kanan), Tim Amanns (kiri) dan Kate Berton (tengah). Turis asal negara bagian Tennessee Amerika Serikat ini puas berkunjung ke destinasi heritage Sawahlunto /Pikiran Rakyat/PRMN/Kabar Sleman/Indra Yosef//

Bisa juga melewati Sicincin, Kayutanam, Padangpanjang, Batusangkar, Padangganting, dan Talawi, disuguhi air mancur Lembah Anai, istano Pagaruyung, dan makan pahlawan nasional Prof.Muhammad Yamin. Rute jalan nasional ini sementara waktu belum bisa dilewati karena terputus akibat air bandang bulan lalu. Rencananya, jalur ini sudah bisa dilewati Juli 2024 depan.

Berapa tiket masuk ke destinasi ini ? Hanya dibandrol Rp 15 ribu per orang  untuk wisatawan domestik, khusus  wisman diberlakukan harga tiket resmi senilai Rp 50 ribu per orang, karena saat ini tiket seharga Rp 50 ribu belum dicetak oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) maka harga tiket terpaksa sama dengan wisatawan domestik.

MSLTBS mulai di operasikan  pemerintah Hindia Belanda tahun 1898, kemudian  ditutup tahun1930 karena mengalami kebanjiran sebab lokasinya sangat dekat dengan bibir sungai Batang Lunto. Pada tahun 2003-2008 kembali dibuka oleh Walikota  2003- 2008 Amran Nur setelah adanya kajian kelayakan tambang bika dibuka untuk  kepentingan dunia pendidikan, serta destinasi wisata sejarah.

MSLTBS aman pagi pengunjung karena setiap hari petugas melakukan uji emisi gas methane sehingga tambang ini layak dijadikan sebagai destinasi keluarga, dunia pendidikan , penelitian dan lainnya.

Ada catatan khusus untuk pengelola MSLTBS yaitu, tidak terlihat adanya buku tamu dan catatan serta komentar yang di isi para wisatawan, apalagi para turis asing. Mereka datang, beli tiket, masuk lubang, kemudian keluar lubang, lalu diberikan sertifikat dan setelah itu mereka berlalu begitu saja. Hal seperti ini terjadi di semua destinasi museum yang ada di Sawahlunto.

Pada hal jejak-jejak bule dan wisatawan nasional tersebut selain bisa untuk kontak ulang juga bisa menginspirasi dan berbagi cerita ke pengunjung lainnya untuk ramai-ramai ke Sawahlunto.***

Halaman:

Editor: Indra Yosef


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah