Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Tanggapi Harga Beras yang Mahal

- 23 Februari 2024, 10:00 WIB
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X /Antara/Luqman Hakim

KABAR SLEMAN - Harga beras melonjak di mana-mana, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sekarang harga beras berkisar Rp14.200-Rp15.000 per kilogram untuk beras jenis medium. Sedangkan beras premium saat ini di harga Rp16.000 per kilogram.

Menanggapi harga beras yang sedang melambung itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengaku bahwa pemerintah sebetulnya telah mengupayakan impor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hanya saja, kualitas beras impor tersebut dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi oleh konsumen di DIY.

"Di Jogja ini kesadaran kesehatannya tinggi, jadi memilih beras saja maunya yang enak. Kalo tidak enak mereka tidak mau. Bahkan beras Bulog saja kadang mereka tidak mau," kata Sri Sultan HB X di Kompleks Kepatihan, Kamis, 22 Februari 2024.

Baca Juga: Sri Sultan HB X Didampingi Permaisuri GKR Hemas Nyoblos di TPS 12 Ndalem Cokronegaran Yogyakarta

Lebih lanjut, Sri Sultan HB X mengatakan, di sisi lain, masyarakat di DIY menanam padi dari jenis beras premium yang seharusnya itu ditanam pada akhir tahun sekira November-Desember.

"Tapi karena banyak hujan, jadi musim tanamnya agak terlambat. Mestinya Maret sudah panen besar, tapi baru panen yang kecil, kemungkinan April baru panen besarnya. Jadi problemnya sebetulnya di situ," kata Sri Sultan HB X.

Jadi menurut Sri Sultan HB X, sebetulnya yang naik harga tinggi itu beras premium dan bukan yang non premium.

Mundurnya musim tanam ini rupanya tidak hanya berdampak pada panen beras, tapi juga pada cabai dan bawang merah yang harganya ikut-ikutan naik. Karena, saat hujan sering turun dan terlalu lebat, maka tanaman cabai dapat tergenang air dan akhirnya bisa membusuk.

Baca Juga: Hajad Dalem Labuhan Parangkusumo: Rangkaian Peringatan 36 Tahun Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X

"Ini kan karena tanaman musiman, kan gitu. Kobis, lombok, brambang, bawang, kan gitu. Mestinya antisipasi impor, memang harus begitu, kalau tidak, ya nggak bisa mencukupi. Yang penting bagi saya harga naik itu memang disebabkan karena tidak seimbangnya antara kebutuhan dan jumlah barang," ungkap Ngarsa Dalem.

Halaman:

Editor: Boim


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x