Pemuda Lintas Agama di Magelang Bangun Sensibilitas Kepahaman Situasi Jelang Pemilu 2024

- 25 Juli 2023, 08:16 WIB
Pemuda Lintas Agama Kota dan Kabupaten berfoto bersama usai mengikuti Sekolah Kebhinekaan di Wisma Sejahtera, belum lama ini.
Pemuda Lintas Agama Kota dan Kabupaten berfoto bersama usai mengikuti Sekolah Kebhinekaan di Wisma Sejahtera, belum lama ini. /Prabu/

KABAR SLEMAN - Pemuda lintas agama di Kota dan Kabupaten Magelang Jawa Tengah diminta dapat memberikan informasi yang kreatif di media sosialnya tentang penyadaran bahwa persaudaraan lintas agama dan antar kelompok masyarakat adalah sesuatu yang harus tetap dijaga.

Permintaan itu disampaikan oleh Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan Kedu, Romo Christophorus Sutrasno Purwanto Pr di sela kegiatan Sekolah Kebhinekaan yang diselenggarakan oleh Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan Kedu, di Wisma Sejahtera Kota Magelang, belum lama ini.

“Setelah selesai Sekolah Kebhinekaan ini kaum muda lintas agama bisa membuat informasi yang kreatif, kontennya tentang penyadaran bahwa persaudaraan antar lintas agama itu harus dijaga,” ujar Romo Christophorus.

Baca Juga: Kemdikbudristek Upayakan Buku Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Masuk Sekolah-Sekolah

Sekolah Kebhinekaan merupakan sarana perjumpaan dan jalinan komunikasi antar pemuda lintas agama, guna membangun sensibilitas kepahaman terkait situasi yang terjadi di masyarakat, di antara pemuda lintas agama khususnya menjelang Pemilu tahun 2024.

Sekolah Kebhinekaan diikuti sebanyak 46 pemuda-pemudi lintas agama dari Kota dan Kabupaten Magelang, yakni  19 orang perwakilan Agama Islam, 15 orang perwakilan Agama Katolik, 9 orang perwakilan Agama Kristen, 3 orang perwakilan Penghayat  Kepercayaan  dan 1 orang perwakilan Agama Buddha.

Senada dengan apa yang disampaikan Romo Christophorus, Vikaris Episkopal Kevikepan Kedu, Romo Antonius Dodit Haryono Pr, mengatakan, anak muda memang hanya bagian kecil dari masyarakat. Kendatipun demikian, memberikan penyadaran bagi mereka, akan tetap bermakna penting bagi kehidupan mereka di masyarakat.

Baca Juga: Bule Amerika Ikuti Prosesi Napak Tilas Spiritual Penghayat Kepercayaan di Makam Raden Mas Said Karanganyar

”Kaum muda ini ibarat kelompok yang menyalakan lilin kecil di tengah kegelapan. Namun, hal tersebut jelas jauh lebih baik, daripada kita membiarkan mereka terseret ikut tenggelam dalam kegelapan tersebut,” ujarnya.

Potensi terpecah belahnya masyarakat menjelang Pemilu 2024 juga semakin terbuka lebar dengan beragam unggahan-unggahan di media sosial yang menampilkan berbagai perbedaan identitas termasuk soal keyakinan. Diharapkan melalui Sekolah Kebhinekaan ini generasi muda bisa lebih dewasa dalam melihat segala perbedaan, sebagai bagian dari kebhinekaan bangsa.

Sekolah Kebhinekaan ini berbeda dengan sekolah-sekolah formal yang ada. Di Sekolah Kebhinekaan ini, para narasumber akan mengajak peserta untuk membagikan pengalaman-pengalaman yang terjadi di lingkungan peserta terkait tentang keberagaman, termasuk terkait permasalahan yang mungkin timbul dari perbedaan yang ada di lingkungannya. Para peserta juga diajak diskusi untuk dapat memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang ada.

Baca Juga: Kemendikbudristek Secara Simbolis Serahkan KTP Penghayat Kepercayaan dalam Gelaran Festival Budaya Spiritual

Sekolah Kebhinekaan diharapkan bisa menjadi langkah konkret dan strategis dalam upaya mewujudkan semangat persatuan, kesatuan dan kebersamaan generasi muda dari berbagai keyakinan dengan didasari nilai-nilai kebhinekaan.

Sekolah Kebhinekaan sendiri rencananya akan diselenggarakan dalam dua tahap. Tahap pertama diadakan di Wisma Sejatera pada 22-23 Juli 2023 yang lalu, di mana pada tahap ini kegiatan difokuskan pada pengayaan wawasan kebangsaan, pemahaman mengenai relasi keberagaman, serta perumusan langkah-langkah konkret yang bisa dikerjakan bersama dalam mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai dalam menyongsong Pemilu 2024.

Sedangkan tahap kedua rencananya akan diadakan pada 6 Agustus 2023 mendatang di Wihara Mendut, Kabupaten Magelang. Para peserta akan diajak untuk fokus dalam pengelolaan konten media sosial untuk promosi perdamaian serta memahami pertarungan narasi di dunia maya menjelang pemilu 2024. Sekaligus juga upaya menggemakan kembali semangat persatuan dan kesatuan melalui sarana media sosial.

Baca Juga: Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME, Kini Bisa Ganti Kolom Agama di E-KTP, Berikut Penjelasannya

Salah satu peserta Sekolah Kebhinekaan, Mundi Dhawuh Yang Widi (20), pemuda pemeluk Penghayat Kepercayaan dari Desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang ini merasa senang bisa mengikuti kegiatan ini.

Selain mendapat banyak teman baru dari berbagai keyakinan, dia bisa belajar banyak tentang pentingnya persatuan di tengah keberagaman yang ada.

“Di sini saya senang sekali karena diterima dengan baik oleh teman-teman peserta. Selama ini kita kan tahu, Penghayat Kepercayaan di masyarakat sering dipandang aneh, dianggap tidak beragama, dukun, klenik dan lain sebagainya. Tapi di Sekolah Kebhinekaan ini saya dan dua teman Penghayat Kepercayaan lainnya diterima dengan baik, setara dengan pemeluk agama lain,” ujar Mundi.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Magelang, Sofia Nur mengatakan, kegiatan ini sangat baik karena bisa mengantisipasi hal-hal yang mengancam perpecahan bangsa di kalangan generasi muda, utamanya menjelang pemilu 2024.

Baca Juga: Grebeg Suro dan Bhakti Alam Gunung Tidar Magelang 2023: Nyawiji Memetri Lestarining Budaya Nusantara

Sekolah Kebhinekaan ini diharapkan dapat membantu, mendorong anak-anak muda, agar mampu menjaga sikap menjalin persaudaraan dan toleransi di masyarakat.

“Semoga Sekolah Kebhinekaan ini bisa menggugah generasi muda untuk menciptakan hubungan persaudaraan yang indah antar pemeluk agama dan kepercayaan, dan tetap Bersatu menciptakan kerukunan menjelang Pemilu 2024 mendatang,” ujar Sofia Nur.

Sekretaris Dewan Musyawarah Daerah Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa-Indonesia (DMD MLKI) Kabupaten Magelang, Agung Nugroho, mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan Kedu ini.

Pria yang akrab dipanggil dengan nama Agung Begawan Prabu ini mengatakan, Sekolah Kebhinekaan yang diadakan oleh Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan Kedu ini adalah kegiatan positif yang patut didukung semua pihak.

“Tantangan utama generasi muda sekarang dalam menjaga kebhinekaan di pesatnya perkembangan dunia digital adalah untuk tidak hanyut dan menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi. Banyak sekali konten-konten yang memecah belah persatuan berseliweran di sosial media, apalagi di tahun-tahun politik seperti sekarang ini," ujar Prabu.

"Masalah pluralitas, perbedaan identitas, termasuk perbedaan keyakinan, kerap digoreng sebagai isu panas yang sangat laku di masyarakat dan akhirnya berpotensi memecah belah kerukunan masyarakat menjelang pemilu,” imbuhnya. (Prabu) ***

Editor: Boim Rosadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x