KABAR SLEMAN – Di tangan orang-orang kreatif, segala sesuatu yang awalnya dianggap mustahil bisa saja terwujud. Seperti halnya yang dilakukan oleh warga Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang mampu membuat terobosan teknologi dengan menciptakan pesawat swayasa atau eksperimental yang bahan bakunya 90 persen berasal dari produk lokal Indonesia.
Tidak seperti lainnya, pesawat yang dinamai Aerotex X1 ringan ultralight ini tidak menggunakan avtur sebagai bahan bakarnya. Melainkan berbahan bakar pertalite atau pertamax, layaknya kendaraan darat.
Perancang utama pesawat ini terdiri dari dua orang, di mana masing-masing orang mempunyai tim yang ahli di sejumlah bidang, seperti ahli dalam aeromodeling dan ahli dalam bidang mekanik perbengkelan.
Baca Juga: Bocor! Inilah Daftar Kekayaan Bupati Temanggung M. Al Khadziq pada Tahun 2021-2022.
Kendati tidak secanggih teknik produksi level pabrikan, mereka hanya menggunakan peralatan seadanya dan sederhana. Meski demikian, pesawat berpenumpang satu orang ini telah lolos uji coba terbang di hanggar FASI Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Adisutjipto Yogyakarta, beberapa hari lalu.
Sudiro, selaku Ketua Tim Produksi Aerotex X1 mengungkapkan, latar belakang pembuatan pesawat ini awalnya adalah adanya dukungan dari pihak landasan pacu yang terdapat di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.
Sehingga mereka memberanikan diri untuk mencoba merakit sendiri sebuah pesawat. Desain pesawat ini dia pelajari dari internet, dengan memilih tema pesawat yang sederhana.
Baca Juga: Unik, Begini Cara Polisi di Temanggung Membangunkan Warga untuk Sahur, Berkeliling Nyalakan Sirine
“Bahan pesawat ini, 90 persennya berasal dari Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri. Misalnya alumunium. Kita memilih jenis tertentu yang sesuai spesifikasi kebutuhan. Mesin yang kita gunakan adalah mesin rotax yang biasa digunakan untuk motor. Kita desain khusus dengan berat dan output power yang sesuai untuk terbang serta untuk roda pesawat memakai ban vespa,” katanya saat ditemui di bengkelnya di Dusun Rejosari, Desa Selopampang, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung pada Minggu 26 Maret 2023.
Lanjutnya, total biaya untuk proses produksi atau pembuatan pesawat ini mencapai kurang lebih Rp150 juta, dengan kurun waktu pengerjaan selama 9 bulan.
“Sejauh ini memang belum ada pihak yang memesan. Namun, dari komentar-komentar publikasi pesawat ini, Basarnas sepertinya menaruh minat. Kalau memang ada pesanan, kita bisa produksi lagi. Ada keinginan untuk terus membuat. Ke depan kalau membuat lagi mungkin waktunya lebih singkat karena sudah punya pengalaman. Kami berencana untuk membuat yang double seat, agar bisa terbang untuk belajar jadi pilot,” ungkapnya.
Baca Juga: Ada Perayaan Tawur Agung Kesanga, Candi Prambanan Akan Ramai, Kunjungan Wisatawan Ditutup
Sementara itu salah seorang mekanik, Davit Ahmad Tabib menambahkan, pesawat ini mempunyai lebar 9,5 meter, panjang depan sampai belakang 4,5 meter, bobot 175 kilo, daya angkut dengan pilot dan bahan bakar seberat 3 kwintal dan bisa terbang mencapai ketinggian 700 kaki atau 200 meter selama 10 menit.
Selain digunakan sebagai pesawat rekreasi, kendaraan udara itu juga dapat difungsikan sebagai penyemprotan pertanian, memantau hutan, lahan perkebunan, kelapa sawit, hingga kebakaran hutan.
“Kecepatan yang dimiliki pesawat ini dikategorikan ringan dan tergolong pelan, yaitu maksimal hanya di angka 50 sampai 60 kilometer per jam,” tukasnya.***