KABAR SLEMAN - Pemuda lintas agama di Kota dan Kabupaten Magelang Jawa Tengah diminta dapat memberikan informasi yang kreatif di media sosialnya tentang penyadaran bahwa persaudaraan lintas agama dan antar kelompok masyarakat adalah sesuatu yang harus tetap dijaga.
Permintaan itu disampaikan oleh Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan Kedu, Romo Christophorus Sutrasno Purwanto Pr di sela kegiatan Sekolah Kebhinekaan yang diselenggarakan oleh Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan Kedu, di Wisma Sejahtera Kota Magelang, belum lama ini.
“Setelah selesai Sekolah Kebhinekaan ini kaum muda lintas agama bisa membuat informasi yang kreatif, kontennya tentang penyadaran bahwa persaudaraan antar lintas agama itu harus dijaga,” ujar Romo Christophorus.
Baca Juga: Kemdikbudristek Upayakan Buku Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Masuk Sekolah-Sekolah
Sekolah Kebhinekaan merupakan sarana perjumpaan dan jalinan komunikasi antar pemuda lintas agama, guna membangun sensibilitas kepahaman terkait situasi yang terjadi di masyarakat, di antara pemuda lintas agama khususnya menjelang Pemilu tahun 2024.
Sekolah Kebhinekaan diikuti sebanyak 46 pemuda-pemudi lintas agama dari Kota dan Kabupaten Magelang, yakni 19 orang perwakilan Agama Islam, 15 orang perwakilan Agama Katolik, 9 orang perwakilan Agama Kristen, 3 orang perwakilan Penghayat Kepercayaan dan 1 orang perwakilan Agama Buddha.
Senada dengan apa yang disampaikan Romo Christophorus, Vikaris Episkopal Kevikepan Kedu, Romo Antonius Dodit Haryono Pr, mengatakan, anak muda memang hanya bagian kecil dari masyarakat. Kendatipun demikian, memberikan penyadaran bagi mereka, akan tetap bermakna penting bagi kehidupan mereka di masyarakat.
”Kaum muda ini ibarat kelompok yang menyalakan lilin kecil di tengah kegelapan. Namun, hal tersebut jelas jauh lebih baik, daripada kita membiarkan mereka terseret ikut tenggelam dalam kegelapan tersebut,” ujarnya.
Potensi terpecah belahnya masyarakat menjelang Pemilu 2024 juga semakin terbuka lebar dengan beragam unggahan-unggahan di media sosial yang menampilkan berbagai perbedaan identitas termasuk soal keyakinan. Diharapkan melalui Sekolah Kebhinekaan ini generasi muda bisa lebih dewasa dalam melihat segala perbedaan, sebagai bagian dari kebhinekaan bangsa.